Di Indonesia, penyakit yang oleh orang-orang tua zaman dulu disebut “bludrek” ini termasuk salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi tapi tidak disadari. Menurut riset Kementerian Kesehatan, sekitar 30% orang dewasa memiliki tekanan darah di atas normal.
Yang lebih mengejutkan lagi, tiga perempat dari mereka yang menderita hipertensi tidak menyadarinya. Dengan kata lain, banyak dari kita yang sudah memiliki hipertensi tapi mengabaikannya. Ini terjadi karena hipertensi stadium awal umumnya memang tidak menimbulkan gejala sakit yang jelas. Gejalanya baru akan terasa jelas saat stadiumnya sudah lanjut.
Tinggi rendahnya tekanan darah ditentukan oleh dua hal, yaitu volume darah dan kelenturan pembuluh darah. Pada orang sehat, pembuluh darah seperti selang elastis yang diameternya mudah menyesuaikan diri dengan volume darah. Tapi pada sebagian orang, elastisitas pembuluh darah ini menurun, misalnya akibat lapisan kerak kolesterol yang melekat selama bertahun-tahun. Karena dinding tidak lagi elastis, tekanan cairan darah yang melewatinya pun menjadi lebih tinggi. Apalagi jika jumlah cairan darahnya lebih banyak. Kondisi inilah yang disebut tekanan darah tinggi.
Tekanan darah dinyatakan dengan satuan mmHg, dalam dua angka yang dipisah oleh tanda garis miring, misalnya 120/80. Angka pertama menyatakan tekanan saat jantung memompa darah. Angka kedua menyatakan tekanan ketika jantung berhenti sesaat sebelum memompa darah lagi. Tekanan darah yang sehat berkisar di angka 120/80.
Jika tekanan darah seseorang mencapai 140/90, kondisi itu sudah bisa disebut hipertensi. Pada stadium awal, tekanan darah sebesar ini mungkin tidak menimbulkan masalah kesehatan apa-apa. Itu sebabnya banyak yang tidak menyadarinya. Jika dibiarkan saja tanpa perubahan pola hidup, hipertensi ini bisa menjadi lebih parah. Gejalanya berawal dari seringnya sakit kepala, pusing, vertigo, dan kalau kronis bisa menyebabkan gangguan fungsi ginjal, payah jantung, hingga serangan jantung atau stroke.
Hingga sekarang, ilmu kedokteran modern masih menganggap hipertensi sebagai penyakit yang BELUM BISA disembuhkan. Ini memang kabar buruk. Tapi kabar baiknya, penyakit ini bisa dikendalikan dengan baik sehingga penderitanya bisa hidup sehat walafiat. Caranya dengan menerapkan pola hidup sehat, pola makan sehat, dan olahraga teratur. Bila hipertensinya cukup parah, selain harus menerapkan pola hidup di atas, pasien juga harus minum obat... seumur hidup! Seumur hidup? Ya, sepanjang hayat dikandung badan. Memang seperti inilah faktanya—jika kita bicara dengan kaca mata medis.
Karena itu, dalam ilmu medis, istilah “mengobati” hipertensi tidak berarti menyembuhkannya tapi mengendalikannya. Dan yang disebut sebagai “obat hipertensi” itu bukanlah obat yang menyembuhkan darah tinggi, yang diminum beberapa kali lalu penyakit sembuh. Obat hipertensi hanya mengendalikan tekanan darah. Penyakit hipertensinya sendiri tidak lantas sembuh. Karena itu, obat harus diminum terus-menerus.
Ini poin penting yang harus disadari oleh penderita. Minum obat seumur hidup mungkin terdengar seperti berita buruk, tapi kita bisa melihat berita baiknya, yaitu bahwa penyakit ini bisa dikendalikan sehingga kita bisa hidup sehat, segar bugar.
Sekali lagi, yang dibicarakan di sini adalah standar dalam ilmu kedokteran modern. Kalau kita bicara dengan standar lain, katakanlah ilmu pengobatan tradisional, mungkin saja kita akan mendapat pendapat yang berbeda. Banyak herbalis, sinse, tabib, dan ahli-ahli pengobatan tradisional percaya bahwa penyakit darah tinggi bisa disembuhkan dengan minum obat tradisional tertentu. Tentu saja kita akan sulit membandingkan kedua pendapat ini karena keduanya menggunakan falsafah yang berbeda dalam menguji kebenaran sebuah klaim.
Mungkin timbul pertanyaan: apakah tidak berbahaya minum obat terus-menerus sepanjang hidup? Bukankah kita dianjurkan untuk sebisa mungkin menghindari konsumsi obat? Lagi-lagi, jawaban pertanyaan ini adalah bahwa konsumsi obat didasarkan pada pertimbangan antara manfaat dan mudarat. Jika kita minum obat terus-menerus, mungkin kita akan terkena efek sampingnya. Tapi jika kita tidak minum obat, mudaratnya dalam jangka panjang akan lebih besar lagi. Jika tidak dikendalikan, hipertensi akan menimbulkan komplikasi gangguan ginjal, hingga kemungkinan serangan jantung dan stroke. Artinya, manfaat minum obat lebih besar daripada mudaratnya.Oleh karena hipertensi masih belum bisa disembuhkan, cara terbaik menjauhi “kutukan” minum obat sepanjang hayat adalah dengan mencegahnya. Mungkin terdengar klise, tapi memang inilah satu-satunya cara.
Dalam stadium awal, hipertensi mungkin tidak menimbulkan gejala sama sekali. Ini bisa membuat penderita tidak menyadari bahwa tekanan darahnya sudah bermasalah. Itu sebabnya kita sangat dianjurkan untuk rajin memantau tekanan darah kita walaupun tidak merasakan gejala sakit apa-apa. Dengan begitu, kalaupun kita mengalami hipertensi, kita bisa mengetahuinya secara dini sehingga terhindar dari komplikasi yang berbahaya.
Hipertensi memang gabungan antara kabar buruk dan kabar baik. Kabar buruknya, penyakit ini sering diderita tanpa disadari. Kabar baiknya, ia mudah dideteksi secara dini.Pemeriksaan tekanan darah yang paling baik adalah ketika kita dalam keadaan santai, seperti ketika kita berada di rumah. Saat kita berada di ruang dokter, sebagian dari kita kadang merasa sedikit grogi atau sedikit terengah-engah setelah berjalan. Kondisi ini bisa menyebabkan tekanan darah kita sedikit naik sehingga angka yang dihasilkan pun mungkin kurang akurat.
Ada banyak faktor yang bisa meningkatkan kemungkinan menderita darah tinggi, antara lain:
1. Usia. Makin tua seseorang, makin berkurang elastisitas pembuluh darahnya. Hampir semua orang lansia memang mengalami hipertensi sekalipun mungkin derajatnya berbeda-beda. Pada kaum hawa, kondisi hipertensi biasanya mulai muncul setelah menopause (mati haid).
2. Keturunan. Faktor nasib ini jelas tidak bisa diapa-apakan. Namun, ini tidak berarti bahwa anak penderita hipertensi PASTI akan menderita hipertensi. Hanya saja, peluangnya memang lebih besar.
3. Konsumsi garam tinggi. Kandungan utama garam adalah mineral natrium (dalam bahasa Inggris disebut sodium). Mineral ini akan menyebabkan air tertahan di pembuluh darah. Makin banyak garam yang kita makan, makin besar volume cairan darah di pembuluh, sehingga makin tinggi pula tekanannya.
4. Kegemukan. Makin gemuk seseorang, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk mengalirkan oksigen dan nutrisi ke jaringan-jaringan lemak penyebat kegendutan itu. Akibatnya, volume darah yang mengalir di pembuluh pun makin besar sehingga tekanannya pun makin tinggi. Penambahan berat badan 1 kg di atas berat badan ideal diperkirakan bisa meningkatkan tekanan darah sekitar 1 mmHg. Jadi, semakin gemuk seseorang, semakin besar kemungkinanannya terkena hipertensi.
5. Kurang aktif. Pada orang yang kurang bergerak dan jarang berolahraga, detak jantungnya cenderung lebih cepat dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga tekanan darahnya pun cenderung lebih tinggi.
6. Kebiasaan merokok. Senyawa di dalam asap rokok bisa mempercepat kerusakan pembuluh darah sehingga elastisitasnya pun lebih cepat berkurang.
7. Sering stres. Kondisi stres bisa menyebabkan lonjakan tekanan darah sesaat. Saat stres reda, tekanan darah kembali normal. Akan tetapi jika stres berlangsung lama dan berulang-ulang, kondisi tekanan darah tinggi yang temporer ini bisa menjadi permanen. Apalagi jika penderita melampiaskan rasa “galau” dengan cara banyak makan, banyak begadang, dan merokok, maka risiko hipertensi permanen bisa menjadi berlipat-lipat.
8. Kurang tidur. Sama seperti stres, kondisi kurang tidur juga bisa menyebabkan kenaikan tekanan darah yang sementara. Tekanan darah akan kembali normal ketika kita kembali cukup istirahat. Namun, jika kondisi kurang tidur berlangsung kronis, kondisi tekanan darah tinggi yang sementara tadi bisa berubah menjadi permanen.
9. Kehamilan. Kondisi hamil kadang bisa menyebabkan hipertensi yang biasanya dikenal dengan preeklamsia. Hipertensi jenis ini berbahaya bagi janin tapi biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah melahirkan.
10. Konsumsi obat tertentu. Sebagian obat jika dikonsumsi dalam jangka lama mungkin (tidak selalu) bisa menyebabkan hipertensi, misalnya sebagian pil KB, sebagian obat flu dan migrain.
11. Penyakit lain. Beberapa jenis penyakit bisa meningkatkan risiko seseorang menderita hipertensi, seperti diabetes, gangguan fungsi ginjal, dan tinggi kolesterol.
Dari daftar di atas, kita bisa melihat bahwa sebagian besar penyebab hipertensi adalah faktor-faktor yang bisa dikendalikan. Memang ada faktor yang tidak bisa diapa-apakan seperti usia dan keturunan, tapi sebagian besar lainnya adalah faktor-faktor yang bisa diubah.
Obat Hipertensi Atau Obat Darah Tinggi
Obat hipertensi termasuk kelompok obat resep. Sebaiknya pasien tidak melakukan pengobatan sendiri. Sering kali obat hipertensi lebih efektif diberikan dalam bentuk kombinasi dua macam obat. Dosisnya pun harus benar-benar sesuai kebutuhan. Penentuan jenis dan dosis obat ini membutuhkan keahlian dokter.
Terdapat banyak jenis obat hipertensi. Kalau diringkas, sebagian besar obat ini bekerja lewat salah satu dari dua cara, yaitu mengurangi volume cairan darah atau membuat pembuluh darah lebih longgar. Kadang satu jenis obat saja tidak efektif. Dalam kondisi itu, dokter mungkin meresepkan lebih dari satu jenis obat.
1. Mengurangi cairan darah.
Obat jenis ini biasa disebut “diuretik”. Ini istilah untuk obat yang membuat kita sering buang air kecil. (Akhiran “-uretik” berasal dari kata yang sama dengan “urine” alias air seni.) Pada saat kita kencing, tubuh mengeluarkan air dan natrium (garam) sehingga cairan di dalam pembuluh darah pun berkurang sehingga tekanan darah pun berkurang.
Contoh obat dan merek dagang:
Merek dagang
| |
Furosemid
|
Lasix®, Farsix®, Classic®, Diuvar®, Edemin®, Furosix®, Gralixa®, Impugan®, Laveric®, Naclex®, Roxemid®, Silax®, Uresix®
|
Sprinolakton
|
Aldactone®, Carpiaton®, Letonal®, Spirola®, Spirolacton®
|
Hidrokolorotiazid (HCT,hydrochlorothiazide) Biasanya dikombinasikan dengan jenis obat hipertensi golongan lain
|
Blopress Plus®, Co-Diovan®, Co-Irvebal®, CoAprovel®, Lodoz®, Lorinid Mite®, Micardis Plus®, Olmetec Plus®, Rasilez HCT®
|
Selain obat-obat di atas, masih ada banyak lagi jenis obat golongan diuretik, misalnya amilorid, klortalidon, dan masih beberapa lagi. Karena obat-obat ini akan merangsang produksi air kemih, kita tidak disarankan minum menjelang tidur kalau tidak ingin sering terbangun karena kebelet pipis.
2. Melonggarkan pembuluh darah dan menurunkan kekuatan jantung dalam memompa darah.
Di kelompok ini terdapat banyak sekali jenis obatnya, antara lain:
Obat
|
Merek dagang
|
Atenolol
|
Tenormin®, Betablok®, Hiblok®, Internolol®, Farnormin®, Lotenac®, Nif-Ten®, Tenblok®, Tenoret®, Zumablok®, Tensinorm®
|
Propanolol
|
Inderal®, Farmadral®
|
Asebutolol
|
Sectral®, Sectrazide®
|
Metoprolol
|
Seloken, ®, Lopresor®, Loprolol®
|
Bisoprolol
|
Concor®, Lodoz®, B-Beta®, Beta One®, Biscor®, Hapsen®, Maintate®
|
Karvedilol
|
Dilbloc®, Blorec®, Carbloxal®, V-Bloc®
|
Kaptopril
|
Capoten®, Acendril®, Acepress®, Capozide®, Captensin®, Casipril®, Dexacap®, Farmoten®, Forten®, Inapril®, Locap®, Lotensin®, Metopril®, Otoryl®, Praten®, Scantensin®, Tensicap®, Tensobon®, Tenovax®, Tensobon®, Vapril®
|
Enalapril
|
Meipril®, Renacardon®, Tenaten®, Tenace®, Tenazide®
|
Ramipril
|
Triatec®, Cardace®, Decaparil®, Hyperil®, Ramixal®, Redutens®, Vivace®, Tenapril®
|
Lisinopril
|
Zestoretic®, Inhitril®, Interpril®, Linoxal®, Noperten®, Nopril®, Odace®, Tensinop®, Tensiphar®, Zestril®
|
Losartan
|
Cozaar®, Acetensa®, Angioten®, Hyzaar®, Insaar®, Kaftensar®, Koinsar®, Lifezar®, Sartaxal®, Tensaar®
|
Irbesartan
|
Aprovel®, Co-Irvebal®, CoAprovel®, Elzar®, Fritens®, Irbedox®, Iretensa®, Irtan®, Irtan Plus®, Irvell®
|
Kandesartan
|
Blopress®, Blopress Plus®, Canderin®
|
Telmisartan
|
Micardis®, Micardis Plus®
|
Valsartan
|
Co-Diovan®, Diovan®, Exforge®
|
Amlodipin
|
Norvask®, A-B Vask®, Actapin®, Amcor®, Amdixal®, Amlocor®, Amlogrix®, Caduet®, Calsivas®, Cardicap®, Cardisan®, Cardivask®, Comdipin®, Coveram®, Divask®, Dovask®, Ertensi®, Ethivask®, Exforge®, Fulopin®, Gensia®, Gracivask®, Gravask®, Hexavask®, Intervask®, Lodipas®, Lopiten®, Lovask®, Normetec®, Normoten®, Pehavask®, Provask®, Sandovask®, Stamotens®, Tensivask®, Theravask®, Twynsta®, Vasgard®, Zevask®
|
Dan masih amat banyak lagi.
|
Saat minum obat hipertensi, kita mungkin akan mengalami efek sampingnya, misalnya batuk, diare, sembelit, sakit kepala, atau lainnya. Efek samping ini biasanya akan hilang. Meski begitu, sebaiknya konsultasikan ke dokter jika kita mengalaminya. Mungkin saja resep perlu diganti atau dosisnya perlu dikurangi.
Obat Tradisional hipertensi atau darah tinggi
Di Indonesia, banyak sekali obat tradisional yang dipercaya bisa mengobati darah tinggi. Sebagian besar adalah obat-obat herbal. Banyak pasien hipertensi yang menggunakannya bahkan kadang mengonsumsinya bersama obat resep dari dokter.
Harus diakui, ilmu kedokteran memang masih belum banyak berhasil menyingkap cara kerja obat-obat tradisional. Karena itu tak heran jika dokter kadang melarang pasiennya minum obat tradisional bersama dengan obat resep. Bagaimanapun, minum obat tradisional adalah pilihan. Setiap orang punya hak memilih pengobatan ini. Faktanya memang banyak obat tradisional yang terbukti bisa menurunkan tekanan darah sebagaimana obat-obat resep.
Namun, demi alasan keamanan, kalau kita hendak menggabungkan obat tradisional dengan obat resep, sebaiknya kita mengomunikasikannya ke dokter. Jika digabungkan begitu saja, kedua obat ini mungkin saja bisa menyebabkan penurunan tekanan darah yang terlalu drastis. Pasien mungkin saja sampai mengalami hipotensi (tekanan darah rendah). Kondisi ini sama bahayanya dengan hipertensi.
Yang penting untuk dicatat, terapi hipertensi harus bersifat menyeluruh. Minum obat saja tidak cukup. Harus disertai pula dan perubahan pola hidup, pola makan, dan program olahraga.Untuk referensi lebih lanjut, silakan kunjungi situs-situs kesehatan yang tepercaya. Kita tidak akan kesulitan menemukan situs berbahasa Inggris yang mengulas panjang lebar dan dalam tentang hipertensi. Jumlahnya melimpah ruah. Bahkan mungkin saja kita sampai bingung memilih karena saking banyaknya.
Sayangnya, situs referensi berbahasa Indonesia, setahu saya, belum banyak yang mengupas tentang penyakit ini secara tuntas seperti situs-situs berbahasa Inggris. Sebagai pemandu awal, Anda bisa berkunjung ke situs yang direkomendasikan oleh Perhimpunan Hipertensi Indonesia (www.inash.or.id/news.html) dan Yayasan Jantung Indonesia (www.inaheart.or.id).
0 Response to "informasi mengenai hipertensi dan obat hipertensi "
Post a Comment